BAIK
BURUKNYA BUDAYA INDONESIA
DAN
ASIA TIMUR
A. Budaya Indonesia
a. Budaya Baik Indonesia
b. Budaya Buruk Indonesia
- Orang Indonesia suka rapat dan membentuk
panitia macam-macam. Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya
dengan konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian
diskusi berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling benar dan
akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya program tersebut
sebetulnya baik.
- Budaya Jam Karet
menurut beberapa orang asing yang pernah ke
Indonesia. Ketika ditanya kebudayaan apa yang
menurut anda terkenal dari Indonesia dengan
spontan mereka jawab :Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu dalam
hati.Sudah sebegitu parahkah disiplin kita.
- Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak (?)
Kalau orang lain berprinsip kalau bisa
dikerjakan sekarang kenapa ditunda besok? Orang Indonesia mempunyai budaya
menunda-nunda pekerjaan.
- Umumnya tidak mau turun ke Lapangan
orang Indonesia yang hebat sekali dalam
bicara dan memberikan instruksi tapi jarang yang mau turun langsung ke
lapangan.
Disini saya akan coba sedikit menguraikan segi2 negatif yang timbul dari
kebiasaan-kebiasaan buruk diatas yang menyebabkan negara kita terus menerus
berada dalam keterpurukan.
1- Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Pertama kita patut bersyukur dengan dibentuknya KPK. Kita mulai bisa
melihat dan merasakan adanya upaya serius dalam membongkar kasus-kasus korupsi,
kolusi yang selama ini terus ditutup-tutupi dan menghukum para pelakunya yang
umumnya adalah para pejabat pemerintah.
Berbuat korupsi sama juga dengan membunuh bangsa. Negara manapun tidak
akan pernah sejahtera jika pejabat2nya telah terbiasa melakukan korupsi, kolusi
dan nepotisme. Pejabat2 korup di suatu negara bisa diibaratkan seperti tumor
ganas dalam tubuh manusia, kalau tumor itu tidak dibuang maka selamanya hidup
manusia itu akan terus meradang dan kesakitan.
2-Kebiasaan jilat menjilat dan beking membeking.
Saya yakin kita semua sudah tahu, siapa yang dimaksud dengan penjilat.
Bagi mereka yang bekerja di perkantoran pasti sudah tidak asing lagi. Mereka
mengibaratkan penjilat adalah teman yang menikam dari belakang atau musuh dalam
selimut. Karena penjilat adalah orang yang mencari keuntungan dengan
mengorbankan teman sendiri.
Itulah gambaran jilat menjilat di lingkungan perkantoran. Bagaima pula
halnya jilat menjilat di lingkungan bernegara? Pastilah penjilatnya berasal
dari oknum-oknum pejabat pemerintah dan penegak hukum, atau sebaliknya
merekalah yang menjadi objek penjilat. Kalau di lingkungan kantor yang menjadi
korban adalah pegawai biasa, namun di lingkungan negara yang menjadi korban
adalah rakyat dan negara itu sendiri. Kasus pelemahan KPK dan skandal Bank
Century salah satu contoh yang tidak lepas dari upaya jilat menjilat antara
oknum pejabat, penegak hukum dengan orang seperti Anggoro/Anggodo atau
sebaliknya, demi mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok tertentu.
3-Meng-agung2kan segala hal yang berbau asing.
Salah satu yang membuat ekonomi kita terus menerus terjajah di abad
modern ini adalah karena sikap kita yang terlalu mendewa-dewakan orang asing
dan segala yang berlabel asing, sehingga membuat kita tidak percaya diri dan
tidak bisa melepas diri ketergantungan kepada asing. Kita selalu merasa takut
ditinggal investor asing. Selalu mengukur kemajuan pada banyaknya orang asing
yang datang, banyaknya bangunan apartement mewah yang menampung orang asing,
dan banyaknya sewalayan-swalayan asing. Inilah yang menyebabkan kita selalu
ditakut-takuti dan didikte oleh bangsa-bangsa lain? Padahal kita adalah bangsa
besar. Rakyat kita adalah pasar yang besar. Negara kita negara kaya raya. Kita
punya gunung emas di Irian. Kita punya pulau Natuna dan beribu pulau lain yang
penuh dengan kekayaan alamnya. Kita juga punya kekayaan gas dimana-mana. Kita
punya lautan luas yang termasuk salah satu terhebat di dunia. Kita punya hutan
dan tanah yang sangat subur yang bisa dibilang paling subur didunia karena
cukup matahari dan hujan, karena terletak di sepanjang khatulistiwa. Kita juga
punya tambang, minyak bumi, timah, batubara dll. Intinya kita punya
segala-galanya. Cuma satu yang tidak kita punya yaitu Mental untuk merdeka, dan
berdiri diatas kaki sendiri.
4. Kebiasaan berhutang dan membeli cara mengkredit.
Ternyata kebiasaan ini tidak hanya membudaya pada level masyarakat
biasa, namun juga menjadi budaya di level elit dan para pemimpin negara.
Berhutang membuat kita terikat dan tidak lagi bebas. Apalagi berhutang
dengan harus menandatangani sejumlah persyaratan2 sebagaimana yang pernah kita
lakukan dengan IMF yang ternyata lebih banyak mudhorat(kerugian) dari pada
manfaatnya.
5. Selalu ingin memperoleh sesuatu dengan cara Instan.
Bisa dibilang orang-orang yang selalu memakai cara-cara instan dalam
mencapai tujuan atau mendapat apa yang diinginkan adalah orang-orang pemalas
karena tidak mau berkeringat, tidak kreatif karena tidak mau berfikir, pengecut
karena tidak berani menerima tantangan. Orang-orang seperti ini tidaklah layak
untuk memikul tugas dan menerima tanggung jawab apapun. Mungkin saja sebagian
besar dari masyarakat kita ini lebih memilih cara-cara instan sehingga seperti
inilah jadinya negara kita.
6. Berlaku sok jagoan yang
siap menerima tantangan apapun.
Dalam hal ini saya hanya berharap kepada pemimpin2 bangsa agar lebih
membela kepentingan rakyatnya sendiri, dan memproteksi seluruh kekayaan alam
kita dari kelicikan bangsa-bangsa lain yang ingin menjadikan negara ini sebagai
sapi perahan buat mereka.
Kita tidak boleh sok jago dengan membuat negeri ini menjadi seperti las
vegas. Dan kita jangan berlagak seperti koboi yang menjunjung sportifitas. Kita
harus tahudiri, menyadari siapa diri kita. Kita tidak boleh mengadu krisjon
dengan mike tyson, Malaysia saja yang lebih makmur dari kita bertindak
memproteksi diri dengan mematok kurs dollar saat krisis. Amerikapun negara
super power sangat memproteksi negaranya sendiri. Apalagi kita negara yg masih
bau kencur, belum waktunya untuk meliberalkan ekonomi, apalagi degan melakukan
perdagangan bebas.
7. Mendahulukan keuntungan pribadi daripada kepentingan bangsa dan
negara.
« Asal aku dapat keuntungan besar, apapun akan aku lakukan. Mau mereka
jungkir balik kek mau mampus kek aku tidak peduli ».
Mungkin begitulah kira2 pemikiran orang-orang yang tidak lagi
mempedulikan bangsa dan negaranya. Orang-orang seperti ini akan menempuh segala
cara untuk mendapat keuntungan pribadi. Mereka tidak lagi segan2 menipu dan
mengakali rakyatnya sendiri. Jika orang2 yang bermental seperti ini berpolitik
maka dia akan melakukan politik2 kotor seperti jual beli suara, politik dagang
sapi dll. Orang-orang seperti ini juga rela merusak negara sendiri dan menjajah
bangsa sendiri demi kekayaan pribadi. Selama orang-orang bermental seperti ini
masih bercokol di bumi kita ini, maka selama itu pula kita akan melihat
tindakan-tindakan dan politik yang tidak bermoral, tidak peduli dan pengrusakan
secara membabi buta di segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dan juga
kerusakan pada alam lingkungan yang menjadi sumber penghidupan.
8. Kalah dalam segala event & Tertinggal jauh dalam cara berfikir.
Sudah menjadi tradisi bahwa kita selalu kalah dalam banyak hal, baik
dalam pertandingan, dalam berkarya bahkan dalam cara berfikir.
Kita masih saja berfikir bagaimana menjual bahan baku, sedangkan
bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana mengelola dan mengeksport produk.
Kita masih saja berfikir bagaimana cara mengkadali dan mencari
keuntungan dari bangsa dan rakyat sendiri yang memang masih sangat lugu dan
polos, sedangkan bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana cara mengakali dan
mencari keuntungan dari Negara2 lain.
9. Tidak ber-sungguh2 dan serius dalam berkarya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebahagian besar produk-produk karya anak
bangsa kita kurang diminati dan kurang populer di Negara-negara lain, bahkan di
negeri sendiri sajapun masih belum mampu menjadi tuan rumah. Dalam hal ini
sepertinya saya lebih setuju dengan pendapat para teman-teman yang mengatakan
bahwa, kurang diminatinya produk2 hasil karya bangsa kita sebab, dalam membuat
produk apapun bangsa kita kurang serius dan kurang ber-sungguh2 menekuni hasil
karyanya.
10. Kebiasaan tidak disiplin dan melanggar hukum dan praturan.
Sudah banyak sekali contoh membuktikan bahwa orang2 yang berhasil sukses
adalah orang2 yang selalu mentaati disiplin dan peraturan. Baik itu peraturan
yang dibuat untuk diri sendiri atau peraturan Agama dan peraturan Negara.
Ingatlah satu negara bisa makmur bila rakyatnya memiliki budaya berdisiplin
yang tinggi. Lihat saja seperti Jepang, Korea Singapore dll.
Sementara di Indonesia sepertinya Tidak-berdisiplin dan melanggar hukum
dan peraturan sudah jadi budaya kita. Sepertinya peraturan sengaja dibuat untuk
dilanggar. Memang ada benarnya semboyan yang mengatakan “Bukan peraturan
namanya kalau tidak dilanggar” Tapi kalau terus menerus melanggar peraturan itu
namanya salah kaprah. Dari hal-hal kecil seperti memungut pajak dari orang2
pedagang kaki lima, menerima uang dalam kasus Tilang menilang, sampai hal-hal
berskala besar.
Kalau kita benar-benar mau melihat negara ini aman, nyaman indah,
makmur, dan sentosa, maka biasakanlah berdisiplin dan mentaati segala hukum dan
peraturan, baik itu peraturan yang dibuat negara ataupun peraturan agama,
termasuk juga peraturan yang menyangkut ketertiban umum, pemukiman dan
kelestarian alam lingkungan dll.
B. Budaya Asia Timur
No comments:
Post a Comment